Rabu, 01 Desember 2010

kisah perjalanan hidup sorang anak yang bernama didik hendra


 
Bertahun-tahun ia hidup tanpa kebahagiaan. Bahkan sewaktu kecil, banyak orang sering melontarkan hinaan bahwa ia anak miskin. Teman-temannya pun tak jarang mengejek dan mengucilkannya, hingga perkelahianpun tak terelakkan. Ia tumbuh dalam kesusahan, kekecewaan dan kekerasan. Baru tiga puluh tahun kemudian, didik hendra akhirnya mengetahui misteri penyebab kehadirannya didunia ini.
Sewaktu kecil, berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya tentang dirinya. Rasa malu, terhina, dan marah karena berbagai hinaan yang diterimanya,  membuat  menyimpan kekecewaan yang ada pada dirinya.
"Sewaktu  didik berumur 8tahun ,didik hanya  bisa berjualan kue mencari makan. Lalu guru didik memanggil teman didik yang bernama wandi , untuk menanyakan mengapa didik tidak lagi bersekolah. Wandipun mengatakan bahwa, untuk makan sehari-hari saja kami susah apa lagi harus membayar sekolah kami, kami tidak mampu," Demikian penuturan wandi dengan mata berkaca-kaca. Demi ibu dan adiknya, didik rela mengubur impiannya untuk bisa kembali bersekolah. Hingga suatu saat, seseorang datang dengan membawa sebuah harapan. Pada saat itu, Pak udin datang dan menawarkan Jdidik untuk bisa kembali meneruskan sekolahnya, namun dengan syarat didik harus tinggal di panti asuhan. Dengan berat hati, didik harus meninggalkan adik dan juga ibunya. Sang ibu pun merasa begitu berat harus berpisah dengan anak laki-laki yang sangat dikasihinya itu.
"Saya sebenarnya ingin sekali sekolah. Tapi pada satu sisi saya tidak rela meninggalkan ibu dan adik saya hidup menderita. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mencari uang untuk membantu mereka, dengan cara menerobos peraturan panti asuhan. Pada jam istirahat siang, sewaktu seharusnya tidur siang atau melakukan kegiatan lain, diam-diam didik pergi untuk mencari uang dengan mengamen, menjual koran, dan banyak hal lain. Uang itu saya berikan kepada ibu didik untuk beli beras, dan kebutuhan hidup lainnya." Tak peduli siang atau malam, bahkan kerasnya dunia jalanan tidak mematahkan semangat didik untuk mencari uang demi adik dan ibunya. Hingga suatu saat didik harus menghadapi sebuah pengalaman buruk.
"Ada ketua genk yang menguasai daerah dimana saya ngamen saat itu yang memeras saya. Karena sering diminta setoran, membuat saya berpikir, kalau begini saya akan terus menderita." Tidak mau terus ditindas dan harus menyetorkan hasil kerja kerasnya, membuat didik memutuskan untuk mempelajari bela diri dengan sungguh-sungguh. Tekad tekat sudah bulat, bahwa bela diri adalah satu-satunya jalan keluar. Namun secara tidak disadarinya, keberanian dan kekerasan yang ia pupuk membawanya kepada dunia kejahatan. "Semakin banyak saya mengalahkan orang, semangat dan kepercayaan diri saya semakin tinggi. Saya semakin tidak takut dengan orang."
Pada suatu saat, didik dan temannya wandi mengamen di mandonga. Tetapi keinginan memiliki sandal bermerek yang cukup mahal saat itu, membuatnya memberanikan diri untuk mencuri di salah satu rumah dimana mereka mengamen. Namun rupanya hal tersebut diketahui oleh sang pemilik rumah. Keduanya dikejar, ditangkap bahkan dijebloskan kedalam penjara. Didik harus mendekam dipenjara selama tiga bulan, dan membuatnya benar-benar merasa terpisah dengan ibunya. Hal itu akhinya membuat didik dikeluarkan dari panti asuhan.
Namun  ada hal yang tidak disadari oleh didik, kekecewaan dan kekerasan yang disimpannya sejak kecil terus terbawa hingga ia dewasa. Bahkan hingga ia menikah dan dikarunia dua anak, tabiat didik tidak juga berubah. "Sikap saya dulu seperti preman saja. Ada orang yang bicara kasar sedikit saja, sudah saya anggap menantang saya." Suatu hari karena suatu perkara, didik bersitegang dengan tetangganya. Namun tetangganya itu tidak bisa lagi membiarkan sikap didik yang kasar tersebut. Dengan memanggil teman-teman sekampungnya, tetangga didik mempersiapkan sebuah rencana untuk memberikan pelajaran kepada didik. Melihat gelagat buruk tersebut, didik buru-buru pergi meninggalkan rumah. "Melihat banyak orang datang kerumah tetangga saya, buru-buru saya pergi ke pabrik tempat saya bekerja." Namun dalam perjalanan, didik diculik dan dipukuli habis-habisan oleh tetangga dan teman-temannya itu. Ketika nyawanya diujung maut, didik diingatkan pada sebuah kejadian.
Kedurhakaan pada sang ibu, diperlihatkan dengan jelas sewaktu didikdipukuli hingga babak belur. Setelah puas memukulinya, didik diserahkan oleh para penculiknya kepada polisi. Kemudian polisi memperbolehkannya untuk pulang. Namun kesalahan yang telah diperbuat pada ibunya terus membayanginya. Di tengah kegalauannya, seorang teman memperkenalkannya pada seorang hamba Tuhan yang menuntunnya pada pertobatan dan mengalami pengampunan dari Tuhan.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar